INFO

    Asal Muasal Upacara Adat Dabba Ana

    Senin, 10 Desember 2018

    Asal Muasal Upacara Adat Dabba Ana

    di Kabupaten Sabu Raijua

    Oleh : JEFRISON HARIYANTO FERNANDO, S.I.P

    Ritual adat Dabba Ana merupakan kegiatan rutinitas yang termasuk dalam siklus kehidupan masyarakat Sabu Raijua yang beragama suku atau yang masih beraliran Kepercayaan JINGITIU. Ritual adat Daba Ana dalam budaya Sabu Raijua bisa dikatan kegiatan permaindian adat bagi anak-anak yang baru lahir. Ritual adat ini akan dilaksanakn pada bulan adat  Warru Dabba sesuai dengan kelender adat masyarakat Sabu Raijua.

    Ritual adat Dabba Ana pertama kali dilakukan oleh leluhur orang Sabu Raijua yang bernama Mone Ie, untuk permandian adat atau Dabba Ana dari anaknya yang bernama Abba Mone yang dilaksanakan di kawasan upacara adat Dara Rae Mone Ie, Desa Teriwu, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua. Ritual adat Dabba Ana bertujuan agar anak yang dilahirkan telah diakui sebagai warga masyarakat Jingitiu dan telah dimatreikan sebagai milik Tuhan Allah  atau dalam Bahasa Sabu disebut Deo Ama

    Proses Dabba Ana akan diawali dengan kegiatan  Puru Loko atau pengambilan air oleh Ibu kandung dari anak yang akan dipermandikan atau di Dabba tersebut dengan berpakian adat lengkap atau Nau Hawu serta memakai haik dalam bahasa sabu disebut Haba Tenae sebagai wadah penampungan air tersebut. Setelah sang ibu kembali dari mengambil air air tersebut akan ditempatkan di salah satu wadah yang luas yang terbuat dari Seludang Pinang atau Keruba Wanyi. Ketika air sudah disiapkan di wadah tersebut maka bayi yang akan dipermandikan atau di Dabba akan di masukan ke wadah yang berisi air tersebut dalam pasisi berdiri. Proses permandian ini akan dilaksanakan di dalam rumah adat tepatnya di tiang induk rumah tersebut atau dalam bahasa Sabu Raijua disebut Tarru Duru. Ketika anak tersebut berada dalam posisi berdiri di dalam wadah yang berisi air tadi (Keruba Wanyi) maka ibu kandung dari anak tersebut akan mengambil air dan meneteskan diatas kepala Anaknya sebanyak 3 (tiga) kali dengan di ikuti dengan doa kepada Allah Bapa  dengan permohonan agar anak tersebut mendapat kekuatan, keberuntungan, umur penjang, kesehatan dan kesuburran untuk beranak cucu memenuhi bumi.

    Setelah doa dan kegiatan percikan air tersebut selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan makan siri pinang  bersama seluruh keluarga yang hadir di tempat tersebut . pada tahapan ini ludah siri pinang akan di cap pada bagian testa anak tersebut sebanyak 3 ( tiga) kali, setelah itu anak tersebut akan digendong oleh ibu kandungnya ke luar dalam keadaan telanjang, sedangkan ibu kandung dan ayah kandung harus berpakian adat. Anak tersebut akan di bawa ke luar rumah dan di depan rumah di angkat sebanyak 3 ( tiga) kali dengan muka harus menghadap ke arah bagian barat, pada tahapan ini akan dibacakan doa kepada Tuhan yang Maha Esa agar anak tersebut  dijauhi dari segala marabahaya, malapetaka, sakit penyaki dan roh-roh jahat .setelah tahapn tersebut dilakukan, maka anak yang di Dabba tadi, dibawa kembali ke dalam rumah untuk diberikan pakian untuk dipakai.

    Setelah rangkaian pembacaan doa tersebut dilakukan, maka tahapan terakhir pada hari itu adalah seluruh masyarakat yang datang  ke rumah itu dilayani dengan diberikan siri pinang dan pada saat yang bersamaan masyarakat yang datang  melakukan sabung ayam di depan rumah. Perlu diketahui bahwa sabang ayam tersebut tidak menggunakan pisau serta tidak boleh ada tahuhan atau unsur judi di dalamnya. Maksud dari kegiatan itu adalah seluruh masyarakat yang datang ke rumah orang  yang melakukan Dabba Ana merasa turut berbahagia bersama-sama tuan Rumah.            

    Setelah dua bulan kemudian menurut perhitungan kelender adat Sabu maka akan masuk pada warru Bangaliwu dan tepat pada satu hari sebelum bulan purnama atau dalam bahasa Sabu disebut Lodo Panu Pe, maka akan dilakukan kegiatan lanjutan dari ritual Dabba Ana yang telah dilaksanakan di warru Dabba yaitu Ritual Nga’a Manu Ana, dimana orang tua atau keluarga dari anak yang telah di Dabba dari 2 bulan sebelumnya akan membunuh ayam dan akan diundang beberapa keluarga untuk makan bersama pada hari tersebut.

    Pada Bulan Purnama di Warru Bangaliwu, orang Sabu Raijua akan melakukan kegiatan Peiu Manu Bangaliwu pada siang hari,  pedoa Buihi pada malam hari dan satu hari setelah itu baru dilanjutkan dengan ritual adat Buihi dangan rangkaian kegiatan pehere jara buihi atau pacuan kuda. Mulai saat itulah Anak yang telah di dabba akan menjalani kegiatan cukur rambut yang menandakan bahwa proses Dabba Ana telah Berakhir. Dalam proses cukur rambut , Rambut  anak tersebut tidak di cukur semuanya akan tetapi akan dibiarkan segumpulan rambut pada dua bagian kepala yaitu pada bagian kepala di atas testa anak tersebut atau dalam bahasa Sabu disebut Runabaga dan  pada bagian tengah atau ubun-ubun yang disebut dengan Rukatu Ae. Setelah rambut dicukur, maka rambut tersebut tidak boleh dibuang , akan tetapi akan dimasukan kedalam ketupat atau Kedu”e yang telah dianyam dari hari-hari berikutnya dan akan disimpan dengan baik di dalam sebuah tempat yang terbuat dari anyaman daun lontar yang disebut dengan Kepepe. Proses cukur rambut tersebut memiliki makna bahwa anak tersebut telah diterima sebagai warga masyarakat Jingitiu dan telah dimatreikan sebagai milik kepunyaan Deo Ama atau Tuhan Allah menurut kepercayaan orang Jingitiu. Perlu diketahui oleh kita semua bahwa, dalam budaya orang Sabu Raijua kususnya bagi Masyarakat yang masih menganut aliran kepercayaan Jingitiu, apabila anak yang dilahirkan  meninggal dunia sebelum menjalani Ritual Dabba Ana maka anak tersebut disebut anak Domehari sehingga dalam proses kematian tidak ada ritual adat Pemou Domade atau dalam tradisi orang kristen sama hal dengan ibadat pengucapan Syukur.a

    Catatan : yang menjadi narasumber dalam Tulisan saya ini adalah Bapak WEMPI RUGE atau AMA WILA HEGE, yang merupakan sala satu Tokoh adat di wilayah adat Liae.

     

     


    Simpan sebagai :

    Berita terkait :

    «

    April 2024

    »
    MggSenSelRabKamJumSab
    1
    2
    3
    4
    5
    6
    7
    8
    9
    10
    11
    12
    13
    14
    15
    16
    17
    18
    19
    20
    21
    22
    23
    24
    25
    26
    27
    28
    29
    30