INFO
  •  Tambahan batas waktu sanggah untuk pelamar PPPK sampai 22 Oktober 2023 jam 23.59 

IBADAT KESEGARAN ROHANI LINGKUP SETDA SABU RAIJUA DIHADIRI BUPATI

Jumat, 17 Juli 2020

Mathielda Djawa Gigi,S.Th " Membangun Sabu Raijua tidak semudah membalikan telapak tangan, dan tidak saja hanya tergantung pada seorang pemimpin"
Bupati "Jangan alergi dengan ucapan Helama Tona Ie"
Kegiatan ibadat penyegaran rohani bagi keluarga besar korpri lingkup setda sabu raijua berlangsung Jumat(17/7 2020), Di,Menia. Dalam khotbahnya pendeta Mathielda Djawa Gigi,S.Th, mengambil nats renungan dari kitab Amsal pasal 6,ayat 6,sampai ayat 8, dengan perikop Nasihat-Nasihat Lain. Selanjut pendeta membacakan isi ayat tersebut,yakni: Orang yang malas harus memperhatikan cara hidup semut, dan belajar dari padanya. Semut tidak punya pemimpin, tudak punya penguasa atau pengawas. Tetapi selama musim menuai mereka mengumpulkan bekal untuk musim paceklik.
Selanjutnya dalam khotbahnya, pendeta Mathielda mengawali dengan eksploratif tentang ora et labora. Menurutnya, ora et labora itu sendiri barmaknai bekerja dan berdoa. Artinya bekerja untuk mencapai hasil yang terbaik dalam kehidupan ini. Perintah Allah yang disampaikan kepada Adam dan Hawa, telah diturunkan kepada kita. Kita harus bekerja dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai hasil yang maksimal, demi kemuliaan nama Tuhan. Karena Tuhan tidaak pernah menciptakan manusia yang malas. Amsal menukiskan agar kita belajar dari semut. Semut adalah binatang kecil yang bekerja sampai akhir hidupnya. Semut bekerja mengumpulkan makanan, bukanlah untuk dirinya, tetapi untuk kelompoknya. Ia bekerja selama 1X 24 jam, tanpa hentinya.
Mereka bekerja untuk menikmati hasilnya, dan pada musim hujan mereka akan menikmati segala jerih lelahnya. Dari cara hudup semut itu, kita ambil hikmahnya, bahwa, keberhasilan dalam hidup ini, diperlukan perjuangan, diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas untuk mencapai hasil yangvmaksimal," tandasnya.
Akhiri khotbahnya yang penuh dengan makna kehiduoan yang mendalam itu, dirinya mengungatkan,bahwa, membangun sabu raijua ini, tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Tetapi semua elemen dituntut untuk bekerja keras, karena kemajuan sabu raijua ini, tidaklah hanya ditentukan oleh seorang pemimpinnya saja, tetapi juga oleh kita semua yang ada di sabu raijua ini," pungkas Djawa Gigi.
Sementara bupati sabu raijua,Drs.Nikodemus Rihi Heke,M.Si, dalam kesempatan itu secara singkat mengutarakan antara lain, bahwa, ibadat itu adalah urusan pribadi kita masing-masing dengan Tuhan, tanpa harus dipaksakan oleh orang lain. Karena kesadaran untuk datang menghampiri Tuhan bukan karena suatu keterpaksaan. Lebih jauh kata bupati, hendaklah didalam kehidupan keseharian kita menyelesaikan tugas dan tanggungjawab, haruslah dahulukan Tuhan sebagai penuntun, maka apa saja yang kita lakukan pasti membawa berkat bagi diri kita, mauoun orang yang akan kita layani. Dia juga mintakan, agar siapa saja baik itu ASN, ataupun masyarakat umumnya tidaklah alergi dengan ucapan Helama Tona Ie, karena ini sama dengan kita mengucapkan kata Syalom, atau salam sejahtera. Helama Tona Ie itu adalah ungkapan yang biasa dalam kehiduoan orang sabu raijua sejak dulu. Jadi Helama Tona Ie, bukanlah nama untuk sebutan bagi satu paket tertentu, tetapi itu sapaan yang memiliki makna kerohanian bagi semua umat kristen sabu raijua. Karena itu, buoati mintakan agar tidak ada yang alergi saat mengucapkan Helama Tina Ie, atau Syalom," jelasnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut,Sekda sabu raijua Septenius Bule Logo,SH,M.Hum, ketiga Asisten, para pimpinan OPD, serta staf asn dan tenaga kontrak daerah lainnya.


Simpan sebagai :

Berita terkait :

«

Maret 2024

»
MggSenSelRabKamJumSab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31